by M Rizal Fadillah
Sekjen PKS dalam salah satu pidato yang dikutip media menyatakan bahwa kekuasaan itu indah dan PKS mendambakannya. Ini nampaknya konsisten dengan “banting stir” dari oposisi menjadi koalisi, bareng-bareng pemegang kekuasaan. Mengemis minta diajak ber-KIM. Semua tahu dalam kebersamaan itu PKS hanya buntut alias jama’ah “masbuq”. Barisan paling belakang.
Sebelumnya Presiden PKS meminta kepada Gerindra agar mengajak partainya berkoalisi “bukan hanya PKB dan Nasdem”. Entah serius atau tidak, nyatanya di Jakarta PKS dukung pasangan KIM Plus.
Ketua Majelis Syuro berpantun di Rakernas PKS Hotel Syahid “Kalau tidak ada kapal pinisi. Mana mungkin kita arungi samudera. Kalau ndak kita berkoalisi. Mana mungkin kita memajukan bangsa”.
Teman-teman banyak yang minta jangan mengecam PKS sebab ia partai Islam atau partai milik umat. Tapi teman lupa bahwa partai Islam atau partai umat yang bakal tenggelam harus ditolong, diteriaki akan bahaya di depan, ada batu karang yang dapat menghempaskan. Tergoda keindahan fatamorgana kekuasaan. Jika beralasan dengan berkuasa bisa mengganti rompi panas dengan yang lebih adem, maka miskin sekali pandangan perjuangannya.
Jika kekuasaan dianggap indah bukan amanah maka kapal iman PKS sudah retak mungkin karena tersenggol atau tertabrak. Kekuasaan itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat jika tidak berbasis amanah. Bagi siapapun, tidak terkecuali kader dan pimpinan PKS.
“Wa innaha amaanah wa innaha yaumal qiyamati hizyun wa nadaamah, illa man akhodzaha bihaqqiha wa adalladzi alaihi fiiha”
(Sesungguhnya itu adalah amanah yang membuat kehinaan dan penyesalan di hari kiamat, kecuali yang mendapatkannya hak dan menunaikan dengan adil)–HR Muslim.
Rosulullah SAW menyatakan bahwa kekuasaan itu amanah, bukan keindahan. Mencelakakan, menghinakan dan menyebabkan penyesalan di hari kiamat. Ini hukum dasar dengan takhsish atau pengecualian. Takhsish yang berat yakni haq dan adil. Penyingkiran Cagub potesial, agamis dan terbukti telah mampu menjalankan tugas adalah perilaku tidak benar dan tidak adil untuk tidak menyebut zalim.
PKS merasakan indah dengan kekuasaan secuil, berbahagia karena mulai diajak berada di lingkaran elit. Umat dan rakyat dinilai sekunder dan dapat dengan mudah memaklumi akan sikap politiknya. Jika orientasi bergeser menjadi elitis, pragmatis dan masbukis maka jangan salahkan dan kecam bila hati umat sudah tidak membersamai. Perahu itu akan bocor atau dibocorkan akibat disorientasi.