Dalam diskusi tersebut, Prof. Anthony Budiawan juga turut memperkuat argumentasi bahwa pengelolaan keuangan negara di era Jokowi berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Dengan gaya lugas namun mendalam, Anthony menyoroti bagaimana utang terus bertambah, sementara dampak positif terhadap perekonomian hampir tidak terlihat.
“Ini bukan sekadar utang, ini adalah lonceng kematian bagi ekonomi kita jika terus dibiarkan,” ujar Anthony, diikuti riuh suara peserta yang tak dapat lagi menahan kegeraman.
Implikasi Politik dan Ekonomi yang Suram
Tidak hanya soal ekonomi, Dr. Ubaidillah Badrun mengurai manuver politik Jokowi di akhir masa jabatannya, yang menurutnya penuh dengan kontradiksi antara janji dan kenyataan. Ubed menyoroti laporan yang ia ajukan ke KPK terkait dugaan praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dalam keluarga Jokowi yang tak kunjung mendapat perhatian serius.
“Bagaimana kita bisa berbicara tentang pemberantasan KKN jika aktor utamanya justru tak tersentuh hukum?” ujar Ubed, membakar semangat peserta yang spontan meneriakkan “Tangkap!” dengan penuh semangat.
Diskusi ini tidak hanya menjadi forum intelektual, tetapi juga tempat bagi suara keadilan dan kebenaran untuk ditegakkan. Berbagai fakta mengenai kebijakan utang pemerintah, kewajiban BUMN, dan beban dana publik seperti BPJS, Taspen, serta Dana Haji, yang mencapai Rp 4.500 triliun, semakin memperjelas bahwa arah ekonomi Jokowi membawa bangsa ini ke jurang.
Sebuah Seruan untuk Perubahan
Diskusi ditutup dengan penuh heroisme. Para peserta, yang terdiri dari perwakilan BEM se-Jawa, aktivis lintas angkatan, serta mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri “Harvard (PPI – PERMIAS), menyanyikan lagu kebangsaan “Padamu Negeri”.
Lagu ini menggema, menyentuh setiap hati yang hadir, mengingatkan mereka akan tanggung jawab besar untuk terus berjuang demi keadilan dan kebenaran.
Dengan segala data dan analisis yang dipaparkan, pertemuan ini tidak hanya menyadarkan, tetapi juga memantik semangat revolusi dalam diri setiap peserta. Indonesia sedang tidak baik-baik saja, dan perubahan besar perlu diperjuangkan.
Sekilas AstabratA, penggagas awal para aktivis gerakan lintas angkatan: Indro Tjahjono, Ariadi Achmad, Eddi Junaedi, Bob Randilawe, Lukas Luwarso, Rahadi TW, Asrianty Purwantini (Dodo), Agusto Sulistio, InAm Mustafa, dll.
Penulis, Editor: Agusto Sulistio_
Post Views: 15