Idul Adha, atau Hari Raya Kurban, adalah salah satu momen paling penting dalam kalender Islam, di mana umat Muslim di seluruh dunia merayakan kesediaan Nabi Ibrahim AS untuk mengorbankan putranya Ismail AS sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Ibadah ini memiliki makna yang sangat mendalam yang mencakup berbagai aspek kehidupan umat Islam. Berikut adalah uraian yang lebih mendalam dan komprehensif mengenai tiga makna utama dalam berkurban:
1. Waktu yang Tepat untuk Berbagi
Berkurban mengajarkan umat Islam tentang pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengingat dan membantu mereka yang kurang beruntung. Berbagi dalam bentuk kurban ini adalah bentuk nyata dari sedekah yang memiliki nilai ibadah tinggi.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hajj ayat 28:
“لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ”
“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah Dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”
Rasulullah SAW juga bersabda:
“مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ” (رواه البخاري ومسلم)
“Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menyebutkan:
“السخاء والعطاء لوجه الله من أعظم القربات، والتقرب بها عند الله من أفضل الطاعات.”
“Kedermawanan dan memberi untuk Allah adalah salah satu ibadah yang paling mulia, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan hal itu adalah salah satu ketaatan yang terbaik.”
Berkurban adalah manifestasi nyata dari prinsip solidaritas sosial dalam Islam. Melalui kurban, umat Islam tidak hanya berbagi rezeki tetapi juga menyampaikan pesan kasih sayang dan perhatian terhadap kesejahteraan sesama. Dalam praktiknya, berkurban dapat dilakukan secara online melalui berbagai platform terpercaya seperti BAZNAS, yang menjamin distribusi daging kurban kepada yang benar-benar membutuhkan.
2. Menyucikan Harta
Berkurban memiliki dimensi spiritual yang mendalam, di mana umat Islam diajak untuk membersihkan hartanya. Dalam Islam, harta yang diperoleh dari cara yang halal dan dibelanjakan di jalan Allah akan membawa berkah dan ketenangan jiwa.
Allah SWT berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 103:
“خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ”
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Rasulullah SAW bersabda:
“ما نقصت صدقة من مال، وما زاد الله عبداً بعفوٍ إلا عزاً، وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله” (رواه مسلم)
“Harta tidak akan berkurang karena sedekah, dan Allah tidak menambah kepada seorang hamba karena memberi maaf kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Al-Wabil Ash-Shayyib berkata:
“الصدقة تطفئ غضب الرب، وتدفع ميتة السوء، وتقي مصارع السوء.”
“Sedekah memadamkan murka Allah, mencegah kematian yang buruk, dan melindungi dari tempat-tempat buruk.”
Berkurban mengajarkan umat Islam untuk tidak hanya fokus pada aspek material tetapi juga spiritual. Dengan berkurban, kita membersihkan harta kita dari sifat-sifat tercela dan menjadikannya berkah. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang mengedepankan kebersihan hati dan keikhlasan dalam beramal. Dengan menyucikan harta melalui kurban, umat Islam menghilangkan sifat-sifat buruk seperti kikir dan dengki, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3. Sebagai Pertolongan di Hari Akhir